Kelam

masih sama seperti terakhir kali aku mengijakkan kaki di tempat itu
sekelebat kejadian datang satu persatu memenuhi ruang dada hingga sesak
satu-per-satu. perlahan.
tiba-tiba saja air mata tumpah ruah di dalam hati
setiap sudut, adegan itu terulang lagi dalam memori
waktu tak menyurutkan rasa
jantung ini tertusuk.

apa aku tidak pernah mencoba berdamai dengan semua itu ?
oh ribuan kali memulai dan ribuan kali berakhir di tempat yang sama
sakit.
lagi dan lagi

terlalu.
tempat itu terlampau sering menjadi saksi bisu kelamnya aku
namun tempat itu juga yang memberikan aku nafas
jadi, jika ingin bernafas, aku harus bernafas beriringan dengan rasa sakit itu
atau, apa rasanya lepas dari semua itu tanpa memiliki nafas ?

aku melihat jauh kearah masa itu
kelam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini adalah tulisan spontan

Antara Sepeda dan Yogyakarta "bangkitkan (lagi) semangat SEGO SEGAWE"

Review Indomie Goreng “Mie Goreng Aceh”