Dear you, the fact is you are so far away, just it.

Bahkan kamu lari menjauh ketika aku berharap kamu datang mengahampiriku.
Alasanmu karena terburu-buru. Mengejar sesuatu.
Alasan yang ..
Oke, masih bisa diterima.

Malam itu, entah mengapa aku sangat membutuhkanmu, sangat menginginkan kehadiranmu, sangat ingin berjumpa, melihat raut wajahmu. Entah firasat, atau perasaan rindu.
Yang kutau, malam itu juga, aku kehilanganmu.

Hari itu hari ulang tahunku, kamu mengucapkan doa sepenuh hati yang selalu aku amini.
Jelas saja, itu doa darimu. tak mungkin aku membiarkannya berlalu begitu saja ditelan ganasnya waktu yang perlahan menggerus keberadaanmu.

Sejak sore, bahkan siang, bahkan sejak awal hari. Aku mengatakan padamu bahwa aku ingin berjumpa denganmu, hari itu juga, setidaknya aku ingin merayakan hari yang menurutku sangat istimewa dengan kamu, seseorang yang terlalu kuanggap istimewa.

"Nanti ketemu yuk"
"Nanti? wah aku ga bisa"
"Kenapa"
"Udah ada janji sama orang lain"

Oke.
Setidaknya jangan hari itu.
Setidaknya jika hari lain aku masih bisa menoleransi kesibukkanmu.
Setidaknya jangan sama orang yang ku tau siapa belakangan ini.
Setidaknya sekali lagi saja.
Agar aku merasakan kehadiranmu.
Lagi.

Untung saja malam itu tidak hujan.
Tidak mengiringi perasaan yang semakin menjadi dalam peratapan kekesalan.
Hari itu.
Kenapa harus hari itu.
Mengapa disaat aku sangat membutuhkan kehadiranmu.

Hingga saat ini pun kamu masih disibukkan dengan orang lain yang entah jumlahnya ada berapa kini.
Bahumu selalu saja menjadi pundak terbuka yang selalu menerima sandaran dari orang lain itu.
Lenganmu selalu menjadi lengan yang tak pernah lepas dari dekapan lengan lain. bersama orang lain itu.
Senyummu selalu tercurah.
Waktumu selalu kau luangkan.
Bersama orang lain itu.
Bukan aku.

Setidaknya untuk apa janji.
Selamanya?
Selamanya bohong!
Iya selamanya.
Selamanya kamu tak pernah bisa ada.

Dear you.
Setelah dekat yang sekian lama itu,
Ada hikmah yang sebaiknya aku petik sebelum terlambat.
Hikmah dalam kenyataan bahwa kamu terlalu jauh.
Bahkan kamu ada.
Tapi terlalu jauh.
Bahkan aku tidak beranjak dan tetap disini.
Tapi kamu terlalu jauh.
Bahkan keadaanmu selalu aku cemaskan.
Kesehatanmu selalu aku tanyakan.
Tapi kamu terlalu jauh.
Hanya itu.
Kamu terlalu jauh.
Padahal kamu dipelupuk mataku.
Hanya itu.
Kamu terlalu jauh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini adalah tulisan spontan

Antara Sepeda dan Yogyakarta "bangkitkan (lagi) semangat SEGO SEGAWE"

Review Indomie Goreng “Mie Goreng Aceh”