Jarak Antara Pengetahuan dan Perilaku
Disclaimer : tulisan ini hanya sebatas pengetahuan penulis yang terbatas.
Ada satu buku yang pernah aku baca dan ada kutipannya begini "there is gap between what you know and how you act" dan "reduce the gap as much as I can in this lifetime" lalu aku terdiam. Ah, iya juga ya, sudah lebih dari seperempat abad aku hidup di dunia, dijejal informasi selama itu. Terbayang sebanyak apa otak ini menerima dan mencerna segala hal yang terllihat, terdengar, tersentuh, tercium, dan terbaca. Belum lagi sekolah dasar enam tahun, menengah pertama tiga tahun, menengah atas tiga tahun, dan kuliah hampir enam tahun, tentu banyak yang aku pelajari di bangku sekolah, tambahan lebih banyak di bangku kehidupan yang gak akan pernah ada habisnya sampai nafas kita berhenti. Bahkan ketika nafas kita berhenti, bisa jadi menjadi pengetahuan baru bagi yang lain.
Semua yang kita tahu pun belum semuanya. Hal yang kita gak tahu belum tentu tidak ada. Ternyata hidup pun masih semisterius itu. Masih banyak teori-teori yang sampai saat ini terus bermunculan dan beradaptasi. Banyak sisi yang dapat diambil untuk melihat suatu hal, ada yang bisa bertemu di satu titik, ada pula yang tidak. Tentunya kita tidak bisa memaksakan pandangan kita ke orang lain, karena pengetahuan itu tidak terbatas. Kalau menurutku, kita tinggal pilih mau memandang seperti apa. Aku percaya fitrah manusia itu baik, tapi tentu saja dipengaruhi banyak variabel yang terlihat dan tersembunyi. Variabel tersebutlah yang membentuk kita hingga saat ini, yang pastinya selalu dinamis, sangat dinamis.
Kutipan buku tentang gap tadi menjadi salah satu pengingatku untuk melakukan hal dengan sadar. Menyadari pengetahuan apa saja yang sudah aku punya dan bagaimana aku mempraktikannya dalam kehidupanku. Ternyata jarak antara keduanya masih jauh. Sudah sadar jauh tapi tetap belum mendekat, semakin terlihat seberapa jauhnya. Kadang tidak mudah kita ubah karena sudah menjadi kebiasaan dan ada di dalam sistem, atau bisa juga karena kita bingung, atau karena memang tidak ingin. Memang sangat berat keluar dari sistem. Kalau kalian pernah nonton film "3 Idiots" itu salah satu film yang menunjukkan jarak antara pengetahuan dan perilaku. Mungkin sederhananya seperti "kita sudah tahu, tapi kenapa tetap melakukan hal seperti kita belum tahu."
Apa mungkin kita terlalu banyak menerima sehingga terlupa untuk menerapkannya? Mungkin tidak bagi sebagian orang, tapi secara pribadi aku masih merasa belum sepenuhnya menerapkan pengetahuanku dalam kehidupan sehari-hari. Ada perasaan bersalah ketika melakukannya, seperti beli makan di warung tapi pake bungkusan sekali jadi dan menimbulkan sampah. Seharusnya aku bisa bawa tempat makan sendiri biar dipake beberapa kali dan gak langsung buang aja. Aku yang bahkan saat ini berkecimpung dalam lingkungan konservasi masih belum bisa untuk menerapkan less waste, masih pake tisu, masih pake pembalut sekali pakai, masih belum menerapkan pemilahan sampah, masih belum minimalis. Jarak antara pengetahuan dan perilaku aku masih sejauh itu.
Lalu, apa upaya yang aku lakukan untuk mengurangi jarak terserbut? Masih satu cara dan usaha yang baru aku lakukan yaitu sadar. Menggunakan dan melakukan sesuatu dengan sadar. Perlahan semoga bisa meningkatkan rasa sadar menjadi aksi yang lebih nyata. Masih berusaha dengan apa yang bisa aku usahain sih, seperti bawa tempat minum sendiri, gak sering-sering pake tisu, mengumpulkan plastik untuk dipakai kembali, membawa tas belanja kecil sebagai wadah. Ah, aku memimpikan segala hal yang aku lakukan sinkron semuanya, tidak ada yang terbuang dan semuanya bisa dimanfaatkan, alangkah ideal dan indahnya. Itu masih contoh kecil yang sering terjadi di kehidupanku. Secara tidak sadar, aku mungkin juga masih belum memaksimalkan pengetahuanku. Kadang masih secara otomatis melakukan suatu hal. Menjadi otomatis ini ada baik dan ada buruknya juga (tentu semua hal memiliki dua sisi ini), kalau sudah otomatis akan minim untuk lupa, tapi di saat yang sama, kita melakukan itu dengan kesadaran yang sedikit.
Tapi, di hidup ini, semua itu tergantung prioritas kan ya? Prioritas kita lah yang membedakan satu sama lain. Pun kalau prioritas sama tapi latar belakangnya beda, prosesnya juga akan beda. Keren ya Tuhan menciptakan keberagaman seluas ini. Jadi, prioritas kamu apa di dalam hidup ini? Butuh perenungan dan diskusi sama diri sendiri sih. Jarak harus terjaga untuk selalu dekat antara pengetahuan dan perilaku.
Komentar
Posting Komentar